300: Bicara Teori HI dalam Film

themistoclesKETIKA film 300: The Rise of an Empire baru dirilis ke pasaran bioskop Indonesia, saya menduga film ini akan punya tipe tak jauh beda dengan pendahulunya, 300. Saya tidak salah. Ketika kemarin menonton, film ini langsung membuat saya akrab dengan logika yang dibangun dalam alur cerita.

Dua tahun lalu, ketika menjadi tutor di mata kuliah Teori Politik Internasional, saya iseng-iseng memutarkan film 300, dipadu dengan Troy, sebagai media untuk mengenalkan logika skeptisisme moral (yang sentral dalam realisme) kepada mahasiswa. Film 300 memang sangat khas realis. Dari awal film, alur cerita sudah menampilkan gaya militaris yang memang tidak percaya dengan diplomasi, persatuan global, atau basa-basi politik. Yang ada hanyalah kekuatan. Continue reading “300: Bicara Teori HI dalam Film”

Teori Politik Internasional (3): Negara, Otonomi, dan Moralitas

ImageAnarchy is what the state makes of it”, tulis ilmuwan Konstruktivis Alexander Wendt dalam artikelnya yang terkenal di tahun 1992. Politik internasional, selama bertahun-tahun, dikaji melalui satu sudut pandang yang khas: politik antarnegara. Hal ini tentu tidak secara kebetulan terjadi Sejak dirumuskan di Westphalia pada tahun 1648 dan studi HI mulai diperdebatkan di awal abad ke-20, ‘negara’ menjadi bahan perbincangan yang dominan.

Teori Hubungan Internasional modern memang ditandai oleh satu variabel khas: “negara” (state). Antonio Negri dan Michael Hardt (2000) mencatat bahwa modernisasi yang dibawa oleh Eropa bergantung, salah satunya, pada konsepsi tentang ‘negara-bangsa’.  Dalam struktur keilmuan HI yang sangat positivistik, mengutip Joseph Femia (2008), konsepsi negara diterima secara a priori. Sovereign states are, and will remain, the primary actors in international affairs”, tulisnya. Negara sudah bagaikan alpha dan omega dalam studi Hubungan Internasional modern.

Sehingga, teorisasi mengenai politik internasional pun takkan lepas dari perbincangan mengenai negara -sesuatu yang akan coba diurai dalam tulisan ini. Continue reading “Teori Politik Internasional (3): Negara, Otonomi, dan Moralitas”

Teori Politik Internasional (2): Empat Penunggang Kuda

ImageAda baiknya memulai kajian tentang teorisasi politik internasional melalui sebuah metafora: penggambaran atau imaji tentang kondisi hari ini. Metafora tidak bertujuan untuk menambah kompleksitas dalam studi HI, melainkan hanya membantu dalam merumuskan ‘apa’ dan ‘bagaimana’ logika-logika dasar dalam politik internasional beroperasi.

Guna memahami politik internasional secara teoretik, kita memerlukan imaji, ilustrasi, atau potret mengenai kondisi objektif politik internasional. Ilustrasi tersebut dapat membawa kita pada sebuah refleksi teoretis mengenai bagaimana politik internasional digambarkan, sehingga memudahkan untuk melakukan penjabaran secara lebih teoretis dan filosofis. Mungkin, potret “empat penunggang kuda” yang diambil dari bible bisa membantu memetakan kondisi politik internasional hari ini. Continue reading “Teori Politik Internasional (2): Empat Penunggang Kuda”

Teori Politik Internasional (1): Dua Tesis Skeptisisme Moral

Mari kita mulai diskusi mengenai skeptisisme moral ini dengan membahas sebuah film tentang Yunani kuno: 300.

ImageFilm 300 berkisah tentang Leonidas, seorang raja Sparta yang menghadang puluhan ribu prajurit Persia hanya dengan 300 prajurit. Kisah ini bermula dari kedatangan rombongan “duta besar” Persia yang menawarkan penaklukkan. Leonidas yang menyambut duta besar itu menjawab dengan penolakan yang keras: sang duta besar dibunuh dan ia segera mempersiapkan perlawanan dengan memilih 300 prajurit. Ke-300 prajurit itu menghadang aneksasi Persia tersebut di “Gerbang Panas” Yunani atau Thermopylae.

Singkat kata, terjadilah pertempuran yang sengit. Leonidas bersama 300 prajuritnya melawan dengan sengit. Di Sparta, terjadi perdebatan din kalangan Senat apakah akan mengirim armada tambahan atau tidak. Perdebatan berakhir nihil. Leonidas akhirnya terkepung oleh pasukan Persia, dan terbunuh dalam pertempuran pamungkas setelah melukai Xerxes, raja Persia yang hadir dalam pertempuran. Continue reading “Teori Politik Internasional (1): Dua Tesis Skeptisisme Moral”