Salah satu hobi iseng saya adalah mengubek-ubek Tesis/Disertasi Doktoral orang-orang (catatan: Inggris dan sebagian Australia mengenal “Tesis” untuk Hasil Riset PhD, sementara Amerika Serikat, Singapura, dan sebagian Eropa menggunakan istilah “Disertasi”). Bagi banyak orang (seperti Alex Wendt, Ken Waltz, atau Bob Keohane di studi Hubungan Internasional, misalnya), Disertasi cuma awal dari perjalanan intelektual mereka yang panjang. Mungkin karena mereka memulai proyek Disertasi mereka di usia muda. Ini tidak mengherankan, teman-teman PhD disini juga mayoritas seusia dengan saya.
Nah, hobi iseng ini berlanjut (dan malah dapat momentumnya) ketika studi PhD disini. Kemarin saja, misalnya, saya menghabiskan sore hari dengan mengubek-ubek Disertasi Doktoral orang-orang (termasuk Bapak supervisor) yang sudah ditulis bertahun2 silam. Beruntung, perpustakan kampus punya akses ke ProQuest, yang artinya saya juga bisa mengakses Disertasi-Disertasi di hampir seluruh dunia. Saya kesulitan mengakses disertasi yang baru selesai (biasanya karena alasan “embargo”, hasil deal antara penulis dengan kampus), tapi Disertasi yang sudah puluhan tahun bisa terakses melalui bantuan ProQuest.
Berhubung ini cukup menarik, lebih baik saya utarakan saja sedikit “temuan” disini:
1. Sejauh ini, rekor Disertasi paling “wah” masih ttp dipegang Daniel Deudney (sekarang mengajar di John Hopkins University). Ia menulis Disertasi 704 halaman di Princeton, mengenai “Global Geopolitics” di bawah, kalau tidak keliru (karena tidak tertulis disana) bimbingan Robertt Gilpin. Disertasinya selesai tahun 1989, di tahun yang sama dengan selesainya Disertasi Alex Wendt. Tesisnya “berat”: Deudney mengevaluasi Teori-Teori Geopolitik dari Mahan sampai Literatur Geopolitik awal abad ke-20, plus membangun Konsepsi tentang “Geopolitik Materialis”. Kelak, bukunya yang berjudul “Bounding Power” diganjar sebagai buku terbaik satu dekade, setaraf Ken Waltz dan Alex Wendt.
2. Di antara Disertasi-Disertasi yang diterbitkan dalam lingkup studi Hubungan Internasional, Alex Wendt dan Colin Elman ttp paling menarik. Disertasi Wendt, “The State System and Global Militarisation” ditulis di bawah bimbingan Raymond “Bud” Duvall di University of Minnesota. Kelak, Disertasi inilah yang jadi magnum opusnya, “Social Theory of International Politics”. Namun demikian, meskipun bukunya kemudian menjadi satu literatur kunci Teori Konstruktivisme dalam Studi Hubungan Internasional, Disertasi yang jadi awal buku tersebut sebetulnya berangkat dari sesuatu yang tidak terlalu teoretis: “Militerisasi Global”. Dari sini, ia lalu membangun konsepsi Konstruktivis mengenai Keamanan Internasional, yang akhirnya ia perluas setelah menerbitkan artikelnya yang legendaris di tahun 1987 (ketika dia masih mahasiswa PhD) dan 1992 (ketika dia mengajar di Chicago). Sementara itu, Disertasi Colin Elman, “The Logic of Emulation”, yang dibimbing oleh Bob Jervis, tidak hanya memberikan wawasan mengenai politik militerisasi global (senada dengan Wendt), tetapi juga membangun basis metodologi sebuah perspektif yang kini dikenal sebagai “Neoclassical Realism”. Disertasi Colin hanya berisi 400 halaman, tetapi ia menambahkan 150 halaman penjelasan dan kritik metodologi dalam Disertasinya tersebut. Oh ya, kita sudah tahu semua kalau Disertasi Ken Waltz menghasilkan 3 Level Analisis dalam Studi HI dalam kajiannya yang bernas tentang “Penyebab Perang”, dan Chris Reus-Smit (#ups, saya kurang enak nyebut nama pak Kyai) memberikan gambaran yang sangat terang-benderang mengenai asal-usul kedaulatan.
3. Mayoritas ilmuwan Indonesia menulis tentang Indonesia untuk Disertasi Doktoralnya. Mohtar Mas’oed menulis tentang “Ekonomi dan Struktur Politik” di bawah bimbingan Indonesianis kondang Bill Liddle tahun 1983, Daniel Dhakidae dan George Aditjondro, di bawah bimbingan Ben Anderson, masing-masing menulis tentang Jurnalisme Politik dan Kedung Ombo. Sirajuddin Syamsuddin (belakangan dikenal sebagai “Pak Dien”) menulis tentang Muhammadiyah, Syafii Maarif menulis tentang Konstituante di bawah bimbingan Fazlur Rahman di Chicago. Handry Imansyah, ekonom Banjar ternama, menulis kajian Ekonomi Indonesia di UQ, sementara Rhenald Kasali menulis fenomena yang agak unik: Strategi Marketing “Lemak Babi”, yang beliau tulis di Urbana-Champagne. Dan banyak sekali, lha hampir semua mahasiswa Indonesia di sini juga menulis tentang Indonesia. Namun, ada dua pengecualian disini: Mohammad Amien Rais dan Nurcholish Madjid. Pak Amien menulis tentang Ikhwan tahun 1970an, sementara Cak Nur menulis tentang Ibn Taimiyyah di bawah bimbingan Fazlur Rahman. Keduanya di Chicago. Oh ya, satu nama lain, yang Disertasinya belum saya temukan, Fuad Jabali, menulis Disertasi bagus sekali tentang Sirah Sahabat Nabi.
4. Namun demikian, di antara orang-orang Indonesia yang mayoritas menulis tentang Indonesia tersebut, ada satu karya eksepsional: Disertasi George J. Aditjondro tentang Kedung Ombo, yang ditulisnya di Cornell di bawah bimbingan Ben Anderson. Kajiannya adalah sebuah kajian kritis tentang bagaimana pemberitaan media mendistorsi informasi tentang waduk dan protes warga disana. George J Aditjondro bisa dibilang ilmuwan politik paling unik di Indonesia: ia tidak menamatkan sarjananya di UKSW dan malah lebih memilih menjadi wartawan, kemudian menjadi aktivis pemberdayaan di Papua. Ia baru serius, dan hasilnya adalah Disertasi brilian, ketika Doktoral di Cornell. Sampai akhir hayat beliau, orang mengenang namanya sebagai intelektual-cum-aktivis paling berani dan kritis terhadap rezim politik di Indonesia. Karya lain yang juga perlu disebut adalah kajian Wijaya Herlambang tentang Kekerasan Budaya zaman Kediktatoran Soeharto, yang beliau selesaikan 7 tahun lalu di sini: University of Queensland. Keduanya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu.
5. Dan menulis yang begini ini melahirkan satu pertanyaan: kira2 apa yang bisa dihasilkan oleh yang download? Saya ndak tau pasti. Tapi ada satu hal yang bisa dipedomani: PhD cuma awal dari perjalanan intelektual kita. Masih banyak yg harus ditulis dan dipikirkan. Meskipun berat, berliku, dan penuh kegalauan – terutama kalau anda berstatus #PhDJomblo – ya seperti saya ini.
Berikut sedikit penampakan Disertasi-Disertasi itu: